Selasa, Juli 28, 2009

SHALAT MENURUT PSIKOLOGI HARAPAN

Jika seseorang diminta untuk mendaftarkan harapannya, tentu ia akan menuliskan sejumlah harapan yang begitu panjang. Manusia memang memiliki banyak harapan. Menurut Ibnu ‘Athaillah (t.t.: I: 63), “Harapan adalah sesuatu yang disertai dengan usaha, jika tidak ada usaha dinamakan angan-angan”. Ada harapan duniawi: sehat, sejahtera, aman, dan sebagainya; ada pula harapan ukhrawi, semacam: terhindar dari siksa kubur, mendapatkan ampunan dosa, masuk sorga, dan sebagainya. Di antara dua harapan ini, umumnya manusia lebih mementingkan harapan duniawi daripada harapan ukhrawi. Hal ini bisa dipahami mengingat manusia senantiasa mengetahui dan mengalami bentuk harapan duniawi. Tidak mudah bagi manusia untuk memohon harapan ukhrawi, kecuali dengan landasan iman yang teguh. Dalam laporan ‘Abdullah bin Mas’ud RA., Nabi SAW pernah mengingatkan Ummu Habibah RA, istrinya dari keturunan Bani Umayyah. Saat itu, Ummu Habibah RA mendoakan suami, orang tua, dan saudara-saudaranya agar diberi kelimpahan kekayaan oleh Allah SWT. Kita biasa memohon harapan seperti ini. Namun, Nabi SAW berpesan kepada Ummu Habibah RA –tentu kepada kita semua, “Kau (Ummu Habibah) telah memohon kepada Allah atas umur yang telah ditetapkan, hari-hari yang telah terbilang, dan rejeki yang telah dibagi. Allah SWT tidak akan mempercepat atau menunda sesuatu sebelum masanya. Karenanya, hendaknya kamu (Ummu Habibah) memohon kepada Allah supaya kamu dilindungi dari siksa neraka atau dari siksa kubur. Demikian ini justru lebih baik dan lebih utama”(Muslim, 1988: II: 558: Nomor 2663).

Harapan-Harapan dalam Shalat
Doa adalah harapan. Doa dianjurkan setiap saat, baik meminta perlindungan dari segala yang buruk maupun memohon hal-hal yang baik. namun, dalam shalat, doa menjadi sangat istimewa, karena ia dipanjatkan saat manusia terjalin ruhani dengan Allah SWT. Dalam shalat, harapan duniawi dan harapan ukhrawi dipanjatkan. Secara bahasa, shalat berarti doa atau ungkapan harapan. Setidaknya ada tiga permohonan yang dipanjatkan dalam shalat.
1. Permohonan yang terkandung dalam surat al-Fatihah, terutama pada kalimat, “ihdinash shiroothol mustaqiim”(Bimbinglah aku ke jalan yang lurus).
2. Permohonan yang terdapat pada salah satu bacaan ruku’ dan sujud, yakni memohon ampunan dosa: “subhaanaka robbanaa wa bihamdika allohummaghfir lii”(Maha Suci Engkau Wahai Tuhan kami. Dengan puji-Mu Ya Allah, ampunilah aku).
3. Permohonan yang terkandung dalam salah satu doa sujud, yakni memohon agar tubuh diliputi oleh cahaya. Inilah doa sujud tersebut: “Allohumaj‘al fii qolbii nuuro, waj’al fii sam’ii nuuro, waj’al fii bashorii nurro, waj’al min tahtii nuuro, waj’al min fauqii nuuro, waj’al ‘an yamiinii nuuro, wa ‘an yasaarii nuuro, waj’al amaamii nuuro, waj’al kholfii nuuro, wa a’zhim lii nuuro”(Ya Allah jadikan cahaya dalam hatiku, pendengaranku, penglihatanku, di bawahku, di atasku, di sebelah kananku, di sebelah kiriku, di depanku, dibelakangku, dan agungkanlah aku dengan cahaya).
4. Permohonan yang dikemukakan saat duduk di antara dua sujud. Bacaan doa lengkapnya adalah “robboghfir lii warhamnii wajburnii warfa’nii warzuqnii wahdinii wa’aafinii wa’fu’annii”(Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku, kasihanilah aku, gantilah yang hilang dariku, angkatlah derajatku, berikan aku rezeki, bimbinglah aku, sehatkanlah aku, hapuslah dosaku).
5. Permohonan yang dipanjangkan sebelum mengucapkan salam pertama. Bacaan doanya adalah “Allohumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam wamin ‘adzaabil qobri wamin fitnati mahyaaya wa mamaatii wa min fitnatil masiihid dajjaal wa minal ma`tsami wal maghromi ”(Ya Allah, sungguh aku mohon perlindungan kepadamu dari siksa neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan, fitnah kematian, fitnah Dajjal, perbuatan dosa, dan jeratan hutang). Di samping doa-doa di atas, ada beberapa doa harapan lainnya yang kurang populer, meski disebutkan dalam hadis.
Berikut ini adalah penjelasan beberapa harapan dari doa yang dipanjatkan ketika shalat di atas.
1. Harapan mendapatkan petunjuk, bimbingan, dan pertolongan dari Allah dalam menjalankan hidup yang benar. Petunjuk, bimbingan, dan pertolongan ini lazim disebut hidayah. Harapan ini termuat dalam bacaaan surat al-Fatihah dan bacaan duduk di antara dua sujud. Orang yang sedang menjalankan shalat tentu orang yang mengakui iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antara banyak harapan, hidayah merupakan harapan yang sangat didambakannya. Orang yang beriman kepada Allah SWT sedang melewati jalan yang benar. Namun, jalan ini harus ditempuh hingga sampai kepada tujuan. Agar ia tidak terpeleset dalam hidupnya, ia selalu memohon hidayah kepada Allah SWT (Shihab, 2002: I: 66). Harapan hidayah ini berulangkali dibaca ketika sedang shalat, karena ia menentukan masa depan hidup seseorang di dunia dan akherat.
2. Harapan mendapatkan ampunan dosa. Harapan ini paling banyak diulang dalam bacaan shalat: saat berdiri, membungkuk ruku’, sujud, dan duduk. Ampunan dosa bisa berarti menutupi dosa dan bisa pula terhindar dari siksa. Dosa yang ditutupi oleh Allah SWT tidak bisa diketahui siapapun, nama baik pun masih tetap dipertahankan. Orang yang masih memiliki nama baik terhindar dari kecaman orang lain serta mudah meraih kedudukan yang tinggi dan mulia. Dengan pengertian ini, ampunan dosa terkait dengan arti rahmat. Artinya, orang yang telah mendapatkan ampunan dosa berhak mendapatkan rahmat. Dalam shalat, perolehan rahmat juga menjadi salah satu harapan.
3. Harapan mendapatkan kasih-sayang dari Allah SWT. Kasih sayang ini bisa disebut dengan rahmat. Allah SWT memiliki sifat Maha Pengasih atau al-Rahman. Allah SWT juga senantiasa mencurahkan kasih-sayang-Nya kepada semua makhluk, sehingga Allah SWT adalah al-Rahim. Ada kasih-sayang Allah SWT yang umum dan khusus. Tanpa diharapkan, kasih sayang Allah SWT yang umum pasti diterima. Namun, harapan yang diajukan dalam shalat adalah kasih sayang Allah SWT secara khusus. Dalam hal ini, Allah SWT tidak saja menutupi kekurangan dan mengabulkan permintaan, tetapi juga membimbing dan mengarahkan kita menuju jalan yang benar. Kita ingin mendapatkan perhatian khusus dari Allah SWT dibanding orang lain.
4. Harapan mendapatkan kembali apa yang telah hilang, bahkan penggantinya lebih baik dari yang semula. Hati manusia memiliki kecenderungan untuk mencintai sesuatu atau seseorang. Apa yang dicintai manusia adalah tidak abadi. Ia bisa rusak atau hilang. Meski apa yang dicintainya telah tiada, namun cinta tetap menggelora. Siapapun berharap agar hilangnya apa yang dicintainya dikembalikan lagi atau digantikan yang lebih baik. Seseorang yang telah kehilangan teman hidupnya mengharapkan adanya pengganti yang setara atau lebih baik di sisinya. Kita pun lebih senang kehilangan uang seratus ribu rupiah bila digantikan dengan uang senilai satu juta rupiah.
5. Harapan mendapatkan kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah SWT. Sesungguhnya, Allah SWT telah membuat ketentuan bahwa derajat manusia berbeda satu sama lain. Perbedaan status melangsungkan kehidupan manusia, sehingga orang memiliki status lebih tinggi membutuhkan orang yang statusnya lebih rendah, begitu pula sebaliknya. Pandangan manusia terhadap suatu status berbeda dengan pandangan Allah SWT. Manusia mengukur status dari sudut materi, sementara Allah SWT mengukurnya dari sudut immateri, yakni takwa. Namun demikian, manusia yang paling beruntung adalah manusia yang memperoleh kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah SWT maupun manusia. Kedudukan semacam ini selalu diharapkan dalam shalat. Setidaknya, memperoleh kedudukan yang tinggi dalam pandangan Allah SWT, meski dianggap rendah oleh manusia.
6. Harapan mendapatkan rezeki dari Allah SWT. Rezeki adalah segala sesuatu yang bisa memenuhi kepuasan jasmani dan ruhani manusia. Kepuasan jasmani bisa terbatas, sedangkan kepuasan ruhani tidak terbatas. Jasmani cukup dengan perut kenyang, tidak haus, badan bisa gerak, dan sebagainya. Namun, ruhani manusia menginginkan kesenangan, penghargaan, kehormatan, kemerdekaan, kelezatan, dan sebagainya. Untuk mendapatkan rezeki, ada cara yang dilarang (haram) dan ada cara yang diperkenankan (halal). Dalam shalat, rezeki yang diharapkan berasal dar cara yang diperkenankan, bukan cara yang dilarang. Begitu pula, penggunaan rezeki diharapkan semakin meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, bukan membuat durhaka dan durjana.
7. Harapan mendapatkan kesehatan jiwa dan raga. Manusia yang sehat adalah komponen jiwa dan raganya berfungsi secara sempurna. Jika ada satu komponen saja yang terserang penyakit, maka manusia belum dikatakan sehat. Boleh jadi, ada komponen yang tersusun tidak sempurna sebagaimana manusia umumnya. Demikian ini bisa dikatakan tidaka sehat, meski kata ini kurang tepat, karena ia dinamakan cacat. Serangan terhadap kesehatan tidak mengenal usia, lingkungan, atau keturunan. Seorang remaja yang kakinya diamputasi langsung dikatakan tidak sempurna. Orang yang keluar rumah dalam keadaan sehat belum terjamin pulang rumah juga sehat seperti semula. Orang yang terganggu kesehatannya, tentu berakibat pada terganggunya aktivitas hidup, pola hidup, dan sebagainya. Demikian pentingnya kesehatan bagi hidup manusia, hingga harapan hidup sehat senantiasa dipanjatkan dalam shalat.
8. Harapan penghapusan dosa oleh Allah SWT. Penghapusan dosa berarti mengembalikan kesucian manusia yang semula kotor oleh banyak dosa. Tanda dosa yang terhapus adalah tidak ada beban sekecil apapun yang dirasakan oleh seseorang. Hidupnya senantiasa optimis dan berbaik sangka kepada Allah SWT. Dalam hidup, tidak jarang kita masih ingat dosa-dosa, hingga kita bertanya, “Mungkinkah dosa sebanyak ini bisa dihapuskan?”. Orang yang merasa masih ada dosa hidupnya terasa berat seakan-akan ada beban yang dipikulnya. Tentu setiap manusia tidak luput dari dosa. Akan tetapi, harapan penghapusan dosa dalam shalat membuat seseorang berpikir positif tentang dirinya, akibat dari pikiran positif tentang Allah SWT. Katanya, “Allah SWT saja bisa menghapus dosaku hingga aku bersih dari dosa. Tentu aku menjadi hamba Allah SWT yang baik. Aku akan selalu taat kepada Allah SWT dan berbuat baik. Allah SWT pasti memberikan yang terbaik buat hamba-Nya yang baik”.
9. Harapan perlindungan dari siksa neraka. Tidak dapat diingkari bahwa siapapun tidak akan sanggup menahan siksaan neraka Allah SWT. Neraka adalah tempat akhir bagi orang-orang yang durhaka kepada Allah SWT. Di tempat ini mereka disiksa selamanya. Gambaran tentang neraka telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam banyak ayat di Al-Qur’an. Harapan perlindungan dari siksa neraka berarti harapan agar selalu dijauhkan dari hal-hal yang mengantarkan kepada jalan menuju neraka. Boleh jadi, saat ini kita telah banyak berbuat dosa, tetapi masih ada secercah harapan agar kita mudah melaksanakan taubat yang sungguh-sungguh. Dengan taubat, kita yang semula mengikuti jalan neraka berganti arah mengikuti jalan yang menuju ke sorga.
10. Harapan perlindungan dari siksa kubur. Kubur bukan gambaran alam di dalam tanah. Kubur hanya alam lain (disebut barzakh): tempat semayamnya ruh-ruh yang telah keluar dari jasadnya. Jasad boleh hancur di dalam tanah, tetapi ruh tetap hidup hingga menunggu datangnya Hari Kiamat. Selama ‘masa tunggu’ ini ruh-ruh mengalami pengalaman sesuai dengan perbuatannya di dunia. Perbuatan yang terpuji memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam alam kubur, sedangkan perbuatan yang tercela memberikan pengalaman yang buruk. Pengalaman baik mempersingkat masa di alam kubur, meski ia dikubur pada ribuan tahun yang lalu. Pengalaman buruk memperpanjang masa di alam kubur, walaupun masa kematiannya dengan Hari Kiamat berselang beberapa hari. Sebagai contoh, shalat seseorang yang diterima Allah SWT akan menjelma sebagai pelayan yang terbaik untuk ruhnya di alam kubur. Dengan pelayanan yang menyenangkan, ruh merasa singkatnya hidup di alam kubur. Dalam shalat, kita berharap mendapat pengalaman yang menyenangkan di alam kubur, bukan pengalaman yang buruk hingga ruh menjadi tersiksa.
11. Harapan perlindungan dari fitnah kehidupan. Segala hal yang tidak dikehendaki adalah fitnah. Seringkali kita mengharapkan sesuatu kepada orang lain, tetapi harapan tersebut tidak sesuai dengan harapan kita. Ternyata keadaan ini terjadi pada lingkungan yang kita cintai: suami atau istri, orang tua, saudara, anak-anak, harta benda, teman-teman, murid, dan sebagainya. Anak-anak yang diharapkan patuh ternyata durhaka adalah bagian dari fitnah kehidupan. Fitnah harta sering dialami oleh banyak orang: dikiranya mempermudah kehidupan, tetapi kenyataannya memperumit gaya hidup. Fitnah kehidupan yang paling berbahaya adalah akhir hidup yang buruk. Melalui shalat, kita berharap agar segala yang kita miliki dan kita cintai tidak membawa fitnah. Kita juga sangat berharap agar hiduo kita diakhiri dengan keadaan yang baik.
12. Harapan perlindungan dari fitnah kematian. Proses pelepasan ruh dari jasad adalah kematian. Selama proses ini, tidak sedikit fitnah yang datang. Mula-mula syetan datang mengganggu dan menyesatkan iman kita. Ada juga fitnah sakaratul maut, yakni sakit yang dirasakan manusia saat terjadi pelepasan ruh dari jasadnya. Fitnah yang tak kalah pentingnya adalah pertanyaan yang diajukan oleh Malikat Munkar dan Malaikat Nakir. Jawaban yang kita sampaikan berpengaruh pada pengalaman di alam kubur. Demikian hebatnya fitnah kematian ini hingga kita berharap kesuksesan saat melewatinya.
13. Harapan perlindungan dari fitnah akhir zaman, terutama fitnah Dajjal. Awal akhir zaman adalah sejak diutusnya Nabi Muhammad SAW. Hingga saat ini, jarak masa Nabi SAW hingga awal millinium III saat ini adalah sekitar 15 abad. Jarak yang demikian panjang ini semakin mendekatkan kita pada Hari Kiamat. Di antara tandanya yang besar adalah muncul Dajjal, Sang Pendusta. Beberapa hadis mengemukakan bahwa saat Dajjal tiba, tidak sedikit manusia yang terjerumus dalam dustanya. Hingga saat ini makhluk Dajjal ini masih misterius, meski beberapa tandanya telah disampaikan Nabi SAW. Apapun wujud Dajjal sebenarnya, kita berharap agar tidak terpengaruh oleh dustanya.
14. Harapan perlindungan dari perbuatan dosa. Apapun yang membuat jiwa kita tidak tenang disebut dosa. Pada dasarnya, jiwa manusia itu suci. Ketika jiwa ini dikotori, maka ia menjadi gelisah. Jiwa manusia memahami kebaikan sekaligus keharusan melakukan kebaikan serta memahami keburukan sekaligus keharusan menjauhi keburukan. Jiwa manusia akan gelisah bila didorong oleh keinginan (nafsu) manusia yang tidak sesuai dengan pemahaman jiwanya yang paling dasar. Jiwa yang gelisah adalah sakit secara psikologis. Jika hal ini dibiarkan –manusia terus bergelimang dalam dosa-, maka berbagai penyakit menjangkiti manusia: tubuh, jiwa, karir, nama baik, dan sebagainya. Orang yang terungkap dosanya bisa menamatkan karirnya, meruntuhkan nama baiknya, dijauhi oleh orang-orang yang dicintainya, dan seterusnya. Kita berharap agar dilindungi Allah dari segala dosa, apapun bentuk dosanya: baik kecil maupun besar.
15. Harapan perlindungan dari jeratan hutang. Meminjam atau meminjamkan sejumlah uang atau sesuatu yang bisa dinilai dengan uang bukan hal yang dilarang, selama tidak mengandung riba. Meski diperbolehkan, hutang bisa menjerat pihak peminjam maupun pemberi pinjaman. Jeratan bagi peminjam adalah penggunaan hutang untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, apalagi untuk hal yang dilarang. Selain itu, jeratan hutang juga terjadi pada pihak peminjam yang tidak mampu melunasinya. Orang yang terjerat hutang akan gelisah, susah, kedudukannya rendah, malas berusaha, takut, kikir, serta kemerdekaannya terpasung, bahkan keimanannya bisa ‘digadaikan’. Nabi SAW pernah mengajarkan doa sesudah shalat: “Allohumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani, wa a’uudzibika minal ‘ajzi wal kasali, wa a’uudzubika minal jubni wal bukhli, wa a’uudzubika min ghalabatid daini wa qohrir rijal (Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari sifat penakut dan kikir, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari jeratan hutang dan tekanan masyarakat)”. Bagi pemberi pinjaman, jeratan hutang terjadi bila hutangnya macet atau tidak bisa kembali, sementara dirinya terus berharap pengembaliannya. Tidak sedikit pemberi pinjaman yang menggunakan kekerasan agar peminjam segera melunasi hutangnya. Persahabatan dan persaudaraan akan hancur karena hutang yang tidak terbayar. Hutang bisa merubah perilaku peminjam maupun pemberi pinjaman: dari ketaatan menjadi kedurhakaan.
16. Permohonan cahaya yang meliputi semua tubuh dari segala arah. Cahaya ini tidak bisa dilihat oleh kasat mata, melainkan dengan mata batin. Orang yang shalat dengan baik dan benar akan diliputi cahaya yang terpancar dari dalam tubuhnya. Cahaya ini menerangi jalan hidupnya maupun orang-orang yang bersama dengannya, sehingga ia tidak mudah terjerumus dalam dosa. “Sesusungguhnya shalat itu bisa mencegah perbuatan yang keji dan munkar”.
Penjelasan di atas dapat diringkas dalam tabel sebagai berikut.

NO.
BENTUK
HARAPAN
JENIS
HARAPAN
POSISI
SHALAT
01.
Harapan mendapatkan bimbingan hidup di jalan yang benar dari Allah SWT.
Ukhrawi
Berdiri, duduk
02.
Harapan ampunan dan tertutupnya dosa.
Ukhrawi
Berdiri, duduk
03.
Harapan mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari Allah SWT.
Ukhrawi
Duduk
04.
Harapan mendapatkan kekayaan harta dari Allah SWT.
Duniawi
Duduk
05.
Harapan terangkatnya derajat.
Duniawi
Duduk
06.
Harapan terlimpahkannya rezeki.
Duniawi
Duduk
07.
Harapan kesehatan jasmani dan rohani.
Duniawi
Duduk
08.
Harapan terhapusnya dosa.
Ukhrawi
Duduk
09.
Harapan perlindungan dari siksa neraka.
Ukhrawi
Duduk
10.
Harapan perlindungan dari siksa kubur.
Ukhrawi
Duduk
11.
Harapan perlindungan dari fitnah hidup.
Ukhrawi
Duduk
12.
Harapan perlindungan dari fitnah mati.
Ukhrawi
Duduk
13.
Harapan perlindungan dari fitnah Dajjal di akhir zaman.
Ukhrawi
Duduk
14.
Harapan perlindungan dari perbuatan dosa.
Ukhrawi
Duduk
15.
Harapan perlindungan dari terlilit hutang.
Duniawi
Duduk

Harapan dan Ketakutan: Kekuatan Psikologis
Doborah Eggelletion menjelaskan tesisnya: “Setiap manusia mengalami harapan”. Ada yang menyenangkan, positif (harapan tinggi, high hope), yang lain menyedihkan dan merasa frustrasi (harapan rendah, low hope). Betapa pun, harapan yang diolah, dimengerti, dan diterapkan dengan tepat dapat menjadi suatu kebajikan yang diharapkan. Webster’s New World Dictionary (College Edition 1959) menyatakan bahwa harapan adalah suatu perasaan agar sesuatu yang diinginkan bisa terjadi hasrat yang disertai antisipasi atau ekspektasi, keterandalan, kepercayaan. C. R. Synder mendefinisikan harapan dari sudut psikologi sebagai “kumpulan kekuatan keinginan ditambah kekuatan jalan (cara) ke arah tujuan seseorang. Arti tujuan sama dengan objek, pengalaman, atau hasil yang diimajinasikan dan diinginkan dalam pikiran”
Jika objek harapan dicapai, perasaan berharap menghilang, karena harapan telah terpenuhi dan dicapai. Ini sama seperti dorongan biologis rasa haus air. Sekali kebutuhan ini dipernuhi, dorongan berhenti. Selain itu, harapan memiliki awal dan akhir. Jika seorang anak kecil berharap untuk mendapatkan hadiah sebuah sepeda mini. Sekali sepeda mini itu dimiliki, berhentilah harapan itu. Al-Qur’an sering mengemukakan watak manusia yang melupakan Tuhannya saat semua harapannya terkabulkan.
Sisi positif harapan menurut ilmuwan sosial terkini menunjukkan bahwa harapan mencakup persepsi bahwa tujuan-tujuan seseorang dapat dicapai. Bila harapan dikaitkan ke suatu tujuan khusus, harapan yang terarah lebih disenangi. Psikolog melihat perlunya memiliki harapan pada tingkatan fisik-jasmani dan psikologis dalam kehidupan insani kita. Seseorang yang putus asa biasanya menghentikan tujuan atau aspirasinya. Mula-mula, harapan biasanya diaplikasi terhadap beberapa aspirasi fisik-jasmani sebelum seseorang dapat mengharapkan kehidupan abadi yang spiritual. Orang miskin berharap bisa makan untuk esok harinya, sedangkan orang kaya yang harapan jasmaninya telah terpenuhi tentu berharap lebih dari sekedar makan, misalnya rekreasi atau ingin mendapat perhatian orang lain.
Jika seseorang kini menghadapi suatu situasi atau tujuan, harapan untuk mencapai hasil yang menyenangkan harus dipraktekkan. Harapan menuntut pengorbanan seiring dengan mimpi atau visi untuk mempertahankan harapan. Pengorbanan itu dapat berupa waktu, uang, usaha fisik atau mental yang diterapkan dalam upaya ke arah tujuan. Visi atau mimpi menjaga agar usaha sampai ke terwujudnya tujuan itu. Perwujudan konkret adalah manifestasi tujuan, tantangan yang dihadapi menunjukkan kekuatan harapan. Deborah menyimpulkan bahwa tanpa prinsip harapan, tujuan, mimpi, visi, atau tantangan dalam kehidupan tidak terwujud bagi manusia. Dunia akan tenggelam dalam belenggu keputusasaan. Hal ini benar secara psikologis dan spiritual. Dunia dan manusia itu tidak akan ada tanpa harapan. (Sbelen’s Weblog, 4 Januari 2009 “Psikologi Harapan: Antara Takut dan Berharap”).
Dalam pengobatan tradisional China dipercaya bahwa emosi tertentu berhubungan dengan anggota tubuh bagian dalam. Karena itu, ketika seseorang memiliki suatu emosi yang kuat, emosi itu dapat mempengaruhi organ. Misalnya, ketakutan jangka panjang dapat mempengaruhi ginjal dan kandung kemih. Emosi positif dapat juga memberi dampak baik bagi organ-organ tubuh kita. Harapan membantu kinerja jantung. Dalam hal ini, harapan juga perlu disertai dengan ketakutan yang wajar, agar seseorang tidak sekedar memandang kesempatan, tetapi juga mengamati tantangan.
Joice McFadden menandaskan, baik harapan maupun ketakutan adalah motivator dan keduanya memiliki kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan dalam diri kita. Harapan menciptakan ruang dalam pikiran dan hati kita, sedangkan ketakutan lebih sering membatasi kita. Manakala seseorang memiliki sebuah harapan, tubuhnya terasa rileks (santai). Ia merasa tampil bersahabat dan terbuka, bukan hanya dengan orang lain, tetapi juga dengan dirinya sendiri. Dunianya mengembang dengan gagasan-gagasan, bahkan dapat mengumpulkan momentum yang lebih besar. Ia merasa termotivasi untuk bergerak ke depan. Sementara itu, ketakutan membuat seseorang merasa tersudut. Tenaganya juga terkuras. Pikirannya sempit, karena perhatiannya terfokus pada apa yang sedang ditakutkan. Karenanya, orang yang sedang takut melihat dunia ini sangat kecil, hingga kesempatan besar di depannya tidak tampak olehnya.
Jika ketakutan terlalu menggenggam kepribadian, maka pikiran menjadi kaku dan buntu, sehingga mudah terjangkit paranoia. Menurut psikiatri, paranoia adalah sakit mental tatkala seseorang percaya bahwa orang lain sedang mencoba berbuat jahat kepadanya atau merasa dirinya jauh lebih penting dari kenyataan sebenarnya. Dalam bahasa sehari-hari, paranoid berarti merasa amat curiga, takut, dan tidak percaya kepada orang lain. (Collins Cobuild, English Language Dictionary, 1993). Bila bagian yang lebih baik dari harapan dan ketakutan digunakan secara bersama-sama, maka seseorang akan berada dalam sikap dan posisi mental bahwa ia bisa, ia mampu. Bagian terbaik ketakutan mengajarkan kita tentang apa yang dikhawatirkan akan hilang. Bagian terbaik harapan mengajarkan bahwa sekali kita tahu tentang apa yang ditakutkan hilang, kita dapat bertindak untuk menjaga dan mempertahankannya, agar tetap aman dan kuat dalam genggaman kita. Ketakutan memang melahirkan power, kekuatan. Namun, dibandingkan dengan rasa takut, harapan memberi kekuatan yang lebih besar.
Ketakutan datang tepat waktu, sedangkan harapan sering datang terlambat. Begitu ketakutan datang, seketika itu pula kita merasa takut. Rasa takut ini tidak bisa ditunda. Karenanya, ada dua jalan yang ditempuh seseorang terhadap rasa takut, yaitu kembali ke jalan semula atau maju menghadapi tantangan ketakutan tersebut. Bagi orang yang memiliki harapan, ia akan maju untuk menghadapi ketakutannya. Berbeda dengan orang yang putus asa yang bertindak mundur, setidaknya diam tanpa tindakan. Harapan mungkin berkembang perlahan-lahan, tahap demi tahap. Harapan memang seperti orang yang tidak berdisiplin, sering datang tidak tepat waktu. Namun, ciri khas harapan adalah ia membuka jalan. Ketakutan berhubungan dengan mencoba bertahan hidup atau mempertahankan sesuatu. Harapan berkaitan dengan mengetahui mengapa kita menginginkan sesuatu.

Kekuatan Harapan dalam Shalat
Kekuatan harapan terletak pada kepercayaan seseorang kepada pemberi harapan. Janji atau harapan yang disampaikan orang tua kepada anaknya lebih dipercaya dan lebih kuat dibanding dari seorang pemimpin kepada rakyatnya. Semakin dekat pengenalannya, semakin teguh kepercayaannya, dan semakin kuat harapannya. “Meskipun kita menghadapi situasi sulit yang belum pernah diketahui sebelumnya, tetapi karena kita memiliki keyakinan yang kuat dan gigih, kita akan mampu melakukan tindakan yang efektif”, tulis Martin Wijokongko (1997: 75). Keteguhan kepercayaan seseorang kepada Allah SWT terkait dengan keimanannya. Orang yang memiliki iman yang teguh akan menyerahkan segala urusannya kepada Allah SWT. Secara psikologis, keteguhan didahului oleh pengalaman yang berulang-ulang. Orang yang mengalami sulitnya birokrasi pemerintahan secara berulang-ulang akan sulit diyakinkan mengenai kemudahan birokrasi. Dalam agama, terkabulnya setiap doa akan membuat seseorang semakin yakin dengan Allah SWT. Namun, penting dikemukakan bahwa doa yang tidak terkabul bukan berarti Allah SWT tidak mengindahkan harapan hamba-Nya yang telah berdoa. Allah SWT Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya yang taat. Boleh jadi, Allah SWT memberikan sesuatu di luar harapan hamba-Nya, tetapi sesuatu itu justru lebih baik daripada harapan tersebut. Di sini keteguhan iman memerlukan suatu pengertian dan pengenalan yang baik tentang Allah SWT.
Tingkat kepercayaan ditentukan oleh pengenalan seseorang atas kemampuan pemberi harapan. Orang tua sulit berharap kepada anaknya yang masih kecil untuk melakukan sesuatu sebagaimana orang dewasa. Kita lebih memilih seorang dokter untuk mengobati penyakit daripada seorang ulama, meski kita lebih dekat dengan ulama daripada seorang dokter. Karena kurang percaya dengan kemampuan anak bangsa, pemerintah negara sedang berkembang sering mengutamakan tanaga ahli dari negara maju. Jadi, kunci suatu harapan terletak pada kepercayaan atas kemampuan orang yang diharapkan. Kemampuan ini harus disertakan dengan kemauan. Kemampuan dan kemauan tersebut harus dikenali lebih dalam oleh peminta harapan. Banyak dokter di hadapan kita, tetapi kita harus memilih salah satu di antara mereka. Bila kita telah menjatuhkan pilihan, tetapi dokter yang kita pilih enggan memenuhi harapan, tentu kita memilih lagi dokter yang mau dengan harapan kita. Orang yang beriman dengan sungguh-sungguh pasti telah mengenal Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih. Tidak ada keraguan sedikit pun dalam hati orang yang beriman kepada Allah SWT. Ketika ia berharap banyak kepada Allah SWT, ia telah yakin bahwa Allah SWT akan memenuhi semua harapannya. Inilah kekuatan harapan dalam shalat. Semua harapan dalam shalat di atas hanya dapat dipenuhi oleh Allah SWT Yang Maha Kuasa. Selain AllAh SWT, tak satupun yang mampu memenuhinya. Kekuatan ini akan membawa ketenangan dan keamanan dalam hidup.
Hidup lebih tenang dan lebih aman apabila ada pihak yang memberikan jaminan. Kita bisa memperhatikan kehidupan orang-orang yang berkuasa. Ada pengawal yang siaga menjamin keamanan mereka. Ada dokter pribadi yang memperhatikan kesehatan mereka. Ada juru masak yang menyiapkan makanan kegemarannya. Ada staf ahli yang memberikan nasehat bagi keputusan mereka. Ada seniman yang siap menyuguhkan aneka hiburan. Pendek kata, keinginan orang yang berkuasa mudah terjamin dan terpenuhi. Orang yang shalat dengan benar bisa terjamin hidupnya melebihi jaminan hidup orang-orang yang berkuasa. Sandaran hidup orang yang shalat adalah Allah SWT Yang Maha Kuasa. Jaminan Allah SWT tidak terwujud material, melainkan spiritual yang diletakkan dalam hati. Dengan jaminan ini, seseorang tidak merasa takut kepada siapapun, kecuali kepada Allah SWT, meski tanpa pengawal di sisinya. Jika ia mendapatkan penganiayaan dari orang lain, ia tidak pernah merasakan sakit atau sedih sama sekali. Ia juga tidak merasakan kelaparan, kendati ia jarang menemukan makanan. Ia merasa terhormat, meskipun masyarakatnya senantiasa menghinanya. Demikian ini perbedaan antara jaminan Allah SWT dan jaminan manusia. Seorang raja yang paling berkuasa sekalipun terkadang merasa dirinya belum berkuasa; orang kaya merasa belum sepenuh kaya; orang yang paling kuat merasa masih dipecundangi; dan seterusnya. Ternyata, ketenangan dan keamanan ada dalam hati. Surat al-Ra’d ayat 28 menegaskan hal tersebut.
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Ayat di atas mengulang kata-kata ”hati tentram dengan mengingat Allah SWT”. Pengulangan ini menunjukkan suatu perhatian yang mengandung rahasia besar. Rahasia ini terletak pada ungkapan “mengingat Allah SWT”. Sebagian masyarakat memahami ungkapan ini dengan mengucapkan kata-kata suci terus-menerus, tanpa memikirkan makna di balik kata-kata suci tersebut. Tentu saja mereka belum menemukan ketentraman. Padahal, mengingat Allah SWT harus melibatkan sisi pemikiran (kognisi) dan penghayatan (afeksi) yang terlebur dalam suatu tindakan (konasi). Orang yang mengenal Allah SWT dengan yakin serta selalu merasakan kehadiran Allah SWT di dekatnya, pasti tindakannya jauh dari kedurhakaan kepada Allah SWT.

10 komentar:

  1. tntng doa rukuk & sujud.knp tdk mnggunakan doa yg biasa di gunakan oleh nabi

    BalasHapus
  2. saya tertarik dengan sebuah harapan.
    tapi kenapa kebanyakan manusia mempunyai harapan yg menggebu gebu ketika ia ditimpa kesusahan,ketika dilanda kekurangan....
    dan harapan itu pasti disampaikan kepada Tuhan nya........jika harapan itu tentang akherat,apakah akan dipenuhi oleh Tuhan jika ia tak pernah melakukan yg diwajibkan Tuhan...jika ia hanya berdo'a ketika kesusahan....
    Tuhan akan mengabulkan permintaan kita pd tempat dan waktunya kan,,,bagaimana kita tau bahwa tuhan mengabulkannya bahwa permintaan kita sudah dikabulkan atau belum?
    seperti saya yang meminta suami untuk ibu saya,,tapi sampai ibu beranjak usia tua pun tak juga ada suami baru untuknya............ni2k KPI..........................................

    BalasHapus
  3. Harapan adalah keinginan. Saya sependapat dengan Ibnu 'Ataillah "Harapan adalah sesuatu yang disertai dengan usaha,jika tidak ada usaha berarti angan-angan."
    Untuk mewujudkan harapan, kita di tuntut untuk berusaha, kerja keras dan semangat yang tinggi untuk mewujudkannya.. Tetapi yang paling utama kita juga harus berdoa, menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya...
    Prima KPI,,,....

    BalasHapus
  4. wahyu nur anisah(1A)kpi
    nim:B01209027
    Saya sgt setuju dengan manusia yang selalu mementingkan harapan-harapan duniawi dari pada ukhrowi.Karena sangat difahami sifat manusia yang serakah dan merasa dirinya selalu masih dan masih dalam kekurangan.sifat manusia yang tak pernah puas.sedikit sekali manusia yang bersyukur,itulah kenyataannya.
    Dalam sholat terdapat munajat-munajat manusia tentang hal-hal yg terbaik bagi mereka,baik di dunia maupun akhirat.Maka tak heran keutamaan mengerjakan sholat selalu di tekankan oleh nabi Muhammad saw kepada ummat-ummat beliau.

    BalasHapus
  5. nur hamzah (1A)KPI

    saya sangat setuju dengan anda tentang allah maha pengasih pada makhluknya sa'at taqoruban minallah,karna berdasarkan pengetahuan saya ,allah itu menyuruh kita sholat hanya semata untuk agar kita mengingatnya,mengapa saya setuju tentang allah itu pengasih,karna allah itu menyuruh hambanya mengingatnya bilqolbi saat kita sholat,kalau tidak bisa,kita di suruh mengingatnya bil aqli,kalau tidak bisa juga kita di surah mengingatnya sebisa kita,itulah ke agungan tuhan kita yaitu allah SWT.

    BalasHapus
  6. fitnah dajjal itu spt apa?

    BalasHapus
  7. badrul ibad
    B01209032
    kpi 1A

    askum!! tadi di atas kan ada yang namanya fitnah dajjal! sedangkan dari fitnah dajjal itu sendiri spt apa?? serta ktkapda masa munculnya dajjal ada seorang yang alim ulama apakah mash bisa terkana yang namanya virus fitnah dajjal??? serta dajjal itu satu apa banyak?? kalau satu gamana cara dajjal itu mnyebarka benih2 fitnah itu?? tanks za pak wassalam??

    BalasHapus
  8. sebuah harapan tidak akan tercapai apabila kita hanya berpangku tangan,setiap hari kita sholat 5 waktu memohon apa yang kita inginkan kpd allah sedangkan kita masih tetap melakukan dosa & kita tidak melakukan amalan2 yang telah ditetapkan olehnya.sebuah harapan bagai mimpi yang fana apabila tidak disertai dengan usaha untuk bisa mencapainya,allah yang memberi petunjuk & ajaran-ajaran pd kita agar kita tidak tersesat & sebagai panduan kita,tapi kita sendirilah yang berjlan untuk mengerjkan itu semua.boleh saja kita berharap tapi harapan itu harus yang positif & masuk akal,bukanlah sebuah harapan yang omong kosong.

    BalasHapus
  9. Ahmad Muhibbudin Zuhri, kpi (1A).

    saya sangat setuju degan beberapa pendapat yang ada pada artikel Anda, karena pada hakekatnya manusia mempunyai dua kehidupan yaitu dunia dan akhirat.manusia adalah makhluk yang mempunyai akal yang ia gunakan untuk berfikir sehingga ia dapat mengetahui cara untuk mencapai suatu hal yang ia harapkan. ketika ia mempunyai harapan apa yang harus ia lakukan ?jawabannya ada pada salah satu pendapat pada artikel ini yakni dengan berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh.dengan berdoa dan berusaha menjauhi laranga allah dan melaksanakan perintah allah manusia bisa mendekatkan diri kepada tuhannya sehingga kehidupan akhiratnya terjamin dan khidupan dunianya pun akan berjalan dengan baik.

    BalasHapus
  10. MOCHAMMAD IDRUS KPI A13 Januari 2010 pukul 03.45

    saya setuju dengan arti harapan yang bapak utarakan....
    yang jadi pertanyaan saya,mengapa harapan itu sangat mudah sekali diraih oleh orang yang taat pada Allah????
    dan kalau seseorang sangat taat pada Allah, ketika solat tidak kusuk, apakah haraoan itu akan terkabul???

    BalasHapus