Sabtu, Mei 30, 2009

MEMOHON HIDAYAH ALLAH SWT

Abu ‘Abdirrahman al-Sulami RA pernah bercerita, “Pada suatu hari, kami bersama Rasulullah SAW yang sedang duduk bersila di atas tanah. Tiba-tiba beliau mengangkat kepalanya ke arah langit. Kemudian beliau bersabda, “maa minkum min ahadin illa qod kutiba maq’aduhu minan naari wa maq’aduhu minal jannah”(Tak seorang pun di antara kalian kecuali ia benar-benar telah dicatat tempat duduknya di neraka dan tempat duduknya di sorga). Ada sahabat Nabi yang bertanya, “Apakah kami akan pasrah, wahai Rasulullah SAW?”. “Jangan”, jawab Nabi SAW, “Setiap orang akan dimudahkan untuk sesuatu yang telah diciptakan baginya”(fa kullun muyassarun lima khuliqo lahu) .
Hadits ini menjelaskan tentang masa depan kita: sebagai penghuni sorga ataukah penghuni neraka. Kita akan pernah mengetahui nasib kita. Hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui. Karena ketidaktahuan ini, sikap manusia menjadi berbeda. Ada orang yang tidak peduli dengan hal ini. Kebaikan maupun kejahatannya diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Orang lain tidak diperkenankan menilainya. Sikap orang macam ini hanya menjadikan Tuhan sebagai penyebab perbuatannya. Ia tidak merasa salah, Tuhanlah yang disalahkan. Ia pun berbuat dosa dengan topeng agama.
Sikap manusia yang lain adalah percaya kepada dirinya. Kebaikan dan kejahatannya adalah usaha dirinya semata. Ia mengingkari Kehendak dan Kekuasaan Allah SWT. Musibah, kerugian, dan kehancuran dinilainya sebagai kecerobohan manusia. Keberuntungan, dan kebahagiaan dianggapnya sebagai prestasi manusia. Ia mudah menyalahkan kesalahan orang lain serta senantiasa memuji kebaikan orang lain. Baginya, manusia memiliki kekuatan untuk merubah diri sendiri dan orang lain. Ia menyalahkan orang tua bila ada anaknya yang durhaka; ia menyalahkan pemerintah jika ada rakyatnya yang tidak sejahtera. Ia enggan berdoa kepada Allah SWT, malas mengaji agama, dan terlalu memuja akal pikirannya.
Dua sikap tersebut kurang tepat, jika enggan dikatakan salah. Sikap yang terbaik adalah memohon hidayah Allah SWT seraya berusaha berbuat baik dan menjauhi kejahatan. Allah SWT akan memudahkan kita untuk berbuat baik jika kita memohonnya kepada Allah SWT. Sebaliknya, Allah SWT akan menjerumuskan kita menuju kejahatan jika kita tidak meminta hidayah Allah SWT. Dengan sikap ini, kita akan dituntun oleh Allah SWT untuk melewati jalan lurusnya. Inilah inti dari surat al-Fatihah yang sering kita baca setiap waktu.
Surat al-Fatihah memuat tujuh ayat. Dari ketujuh ayat ini, hanya ayat Ihdinash shirathal mustaqim yang mengandung permohonan, yakni memohon hidayah Allah SWT. Ayat-ayat sebelumnya hanya mengandung pujian kepada Allah SWT. Bukankah Allah SWT telah memberikan tuntunan dalam berdoa, agar kita memuji terlebih dahulu kepada Allah SWT sebelum kita memohon kepada-Nya.
Jama’ah Shalat Jum’at yang diberi oleh hidayah Allah SWT….
Dengan permohonan hidayah, ada dua hal yang harus kita upayakan. Mula-mula kita berdo’a; setelah itu, kita berusaha. Agar do’a kita dikabulkan oleh Allah SWT, kita harus mendekatkan diri kepada-Nya dengan memperbanyak perbuatan baik serta menjauhi perbuatan jahat. Islam hanya memberi tuntunan cara berdoa dengan ajaran ibadah serta syarat dikabulkannya doa dengan ajaran halal dan haram. Selain rukun Islam, banyak ibadah sunnah yang menjadi media doa. Allah SWT tidak menerima doa orang yang pakaian dan makanannya terlumuri oleh dosa. Ingatlah, doa orang yang teraniaya mudah dikabulkan dibanding orang yang menganiaya. Dalam hal ini, orang yang saleh memiliki kekuatan yang besar manakala ia berdoa kepada Allah SWT.
Tidak diragukan lagi, doa yang benar dapat membuahkan perbuatan yang benar. Sulit dipercaya, orang yang konsisten menjalankan ajaran agamanya bisa berbuat salah. Yang banyak terjadi adalah banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mematuhi ajaran agamanya. Bahkan, tidak sedikit atribut agama ditampilkan untuk menutupi kesalahannya, baik kesalahan dalam menjalankan ajaran agama maupun kesalahan dalam melakukan perbuatannya. Agar tidak terjerumus dalam dua kesalahan tersebut, hanya dua kuncinya: ilmu dan amal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar