Sabtu, Mei 30, 2009

AKUNTANSI AMAL


Dalam riwayat Imam Muslim, Abdullah bin Mas’ud RA bercerita, “Ada seorang laki-laki yang telah mencium perempuan lain datang kepada Nabi SAW dan mengemukakan apa yang telah dialaminya. Setelah itu, turunlah surat Hud ayat 114.

114. Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.

‘Abdullah bin Mas’ud RA melanjutkan ceritanya. Laki-laki itu berkata, “Apakah ayat itu hanya untukku, Wahai Rasulallah?”. “Untuk umatku yang telah melakukannya”, jawab Nabi SAW.[1] “Umatku” dalam hadits ini menunjuk kepada orang-orang yang beriman, sehingga sebesar apapun amal orang yang tidak beriman tidak bisa menebus dosa-dosanya dan tidak akan diterima oleh Allah SWT.

Kita tidak terlepas dari dosa dan kesalahan. Semua itu bisa terhapus bila kita melakukan kebaikan. Dosa sangat mudah kita lakukan, sengaja maupun tidak sengaja. Kita bisa berbuat dosa melalui tangan, mata, telinga, mulut, hidung, kulit, kaki, dan semua anggota tubuh, bahkan hati dan pikiran. Pikiran kita bisa berzina bila kita mengkhayal perbuatan mesum. Seperti dosa, berbuat baik juga sangat mudah dilakukan. Tidak harus menguras harta, tenaga, dan pikiran, mengucapkan perkataan yang baik juga termasuk perbuatan yang baik, bahkan bersangka baik atau menahan diri dari perbuatan dosa juga bisa mendapatkan pahala. Kesabaran orang mukmin atas penderitaannya juga dapat mengurangi dosa-dosanya. Sengaja ataupun tanpa sengaja, ternyata kita sering melakukan kebaikan dan dosa.

Selain berbuat baik, dosa juga dapat terhapus oleh permohonan ampunan kepada Allah SWT. Acapkali kita memohon ampunan kepada Allah SWT, berulang pula Allah SWT menghapus dosa kita. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman,

أذنب عبدي ذنبا فعلم أن له ربا يغفر الذنب ويأخذ بالذنب اعمل ما شئت فقد غفرت لك

HambaKu telah berbuat dosa. Ia telah mengetahui bahwa ia memiliki Tuhan yang mengampuni dan mengambil dosanya. Berbuatlah sesukamu, maka Aku telah mengampunimu.[2]

Selain permohonan ampunan dosa, Allah masih memberikan kelipatan atas pebuatan baik, tetapi tidak untuk perbuatan dosa. Maksud ingin berbuat baik juga diberi pahala, namun maksud berbuat jahat belum dicatat sebagai dosa. Kelipatan tersebut dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 245, surat al-Nisa’ ayat 39, dan surat al-An’am ayat 160. Surat al-An’am ayat 160 berbunyi:

160. Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).

Masih ada lagi keuntungan dari orang yang berbuat baik, yaitu pahala tetap mengalir manakala perbuatannya diikuti oleh orang lain. Semakin banyak orang yang mengikutinya, semakin besar pahala yang mengalir kepadanya. Boleh jadi, ia telah meninggal dunia, tetapi ia tetap mendapatkan pahala, meskipun tidak melakukannya.

Menurut penghitungan di atas, kita optimis menjadi penghuni sorga. Namun, pahala perbuatan baik yang demikian besar bisa hilang bila keikhlasan kita terganggu. Tidak hanya itu, apabila kita menganiaya orang lain, pahala kita kelak akan ditarik olehnya. Jika pahala itu sudah habis, sementara dosa penganiayaan masih tersisa, maka orang yang menganiaya akan memilkul dosa-dosa orang yang teraniaya. Menurut Nabi SAW, inilah nasib orang yang benar-benar bangkrut (al-muflis).[3]

Dosa-dosa kita terhadap sesama manusia ternyata lebih banyak daripada dosa-dosa kita kepada Allah SWT. Allah SWT Maha Pengampun, sehingga banyak dosa kita yang telah terampuni. Akan tetapi, dosa kita kepada sesama manusia harus mendapatkan pemaafan dahulu dari orang yang pernah kita sakiti. Kita mudah meminta maaf jika kesalahan kita kepada orang-orang tertentu. Kita tidak bisa membayangkan kesalahan pejabat atau pemimpin yang berbuat aniaya kepada rakyatnya. Cukupkah dengan mengembalikan uang hasil korupsinya? Cukupkah dengan pernyataan minta maaf di media massa? Yang pasti, Allah SWT tidak bisa mengampuni dosanya terhadap sesama manusia. Semoga kita sabar dalam penganiayaan dan mendapatkan pemimpin yang adil. Amin.



[1] Muslim, Shahih Muslim, Vol. II (Beirut: Dar al-Fikr, 1988), hal. 600-601, hadits nomor 2763.

[2] Ibid., hal. 598, hadits nomor 2758.

[3] Ibid., hal. 524, hadits nomor 2581.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar